PANTAI SARANGAN



 pantai sarangan

 

Sarangan rasanya tak asing didengar ditelinga para pecinta wisata, ya telaga sarangan yang berada di kabupaten Magetan itu yang mungkin ada di benak anda semua. Namun yang dimaksud adalah kawasan pantai, yakni kawasan pantai yang berada di Gugusan pantai selatan pulau jawa tepatnya berada di desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul bersebelahan dengan Pantai Krakal.

Selama ini Pantai Krakal merupakan tujuan akhir paket rangkaian kunjungan ke pantai selatan Wonosari tersebut, yakni setelah pantai baron, pantai kukup baru kemudian Pantai krakal. Namun saat ini mungkin jadwal anda akan berubah untuk menyaksikan satu pantai dengan pesona yang tidak kalah dengan pantai lainnya. Pantai yang bersanding mesra dengan pantai krakal ini menawarkan satu bentuk pantai bagai teluk kecil yang melengkung dengan garis pantai yang relative pendek kurang lebih hanya sekitar 200 meter saja. Namun keindahan kanan kiri pantai yang berupa tebing sekaligus pembatas dengan pantai krakal sangatlah menakjubkan serta hamparan pasir putihnya dan gelombang yang tidak begitu besar dibanding Pantai Krakal ataupun Pantai Baron. Akan lebih istimewa jika kita menaiki bukit batu karang tersebut, Sejauh mata memandang akan terlihat keindahan  dan luasnya pantai krakal serta deretan pantai yang memanjang ke timur sampai pantai sadranan bahkan pantai sundak.

Untuk menuju tempat ini pun sangat mudah tinggal mengikuti arah ke pantai krakal maka anda akan pantai saranganmenjumpai petunjuk yang mengarah ke pantai ini, sangat sayang jika dilewatkan keindahan pantai sarangan ini jika telah sampai di pantai krakal. Bahkan belum lama ini Pembangunan jembatan untuk menghubungkan pantai Krakal dengan Pantai Sarangan telah selesai dengan menggunakan dana PNPM-MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan tahun 2012 dan juga swadaya murni masyarakat Ngestirejo sendiri. Dengan pembangunan jembatan ini kiranya dapat mempermudah para wisatawan menikmati kawasan pantai baik pantai Sarangan maupun pantai Krakal.

 

Pantai ini memang tergolong baru dalam pengelolaan dibanding dengan banyak pantai yang ada di gunung kidul ini, namun keindahannya tidak akan kalah dari pantai pantai yang lain. Lengkapi koleksi kunjungan anda untuk melihat keindahan yang mempesona dari Gunung Kidul ini.

MALIOBORO


Malioboro siapa yang tidak mengenal kata itu, setiap orang yang datang ke Yogyakarta yang menjadi tujuan pertama kali pastilah Malioboro. Ya sepenggal jalan yang di penuhi oleh pedagang kaki lima selain toko toko yang beraneka ragam barang yang dijual ataupun sekelompok orang yang dengan seni mereka menampilkan kemampuan olah suaranya kadang menghibur para pengunjung Malioboro maupun hanya sekedar lewat saja. Memang Malioboro menjadi urat nadi kehidupan banyak kalangan baik mulai dari penjual ditoko, kaki lima, tukang becak, kusir andong, pengamen, tukang parkir dan masih banyak elemen-elemen yang lain turut ambil bagian dalam kehidupan malioboro.
Pada mulanya Malioboro diambil dari nama seorang kolonial Inggris bernama Marlborough yang pernah menduduki Yogyakarta pada tahun 1811 -1816 M. Sedangkan pembangunan kawasan ini pada mulanya untuk menandingi keberadaan Keraton yang berada di sisi selatannya. Ini terbukti dari pembanguan bebrapa bangunan besar yang masih ada sampai sekarang yakni Benteng Vredeburg dibangun tahun 1765, kemudian Gedung Agung dibangun pada tahun 1832, Pasar Beringharjo, Hotel Garuda serta pertokoan di Malioboro.


Seiring waktu berjalan kawasan ini berkembang menjadi kawasan ekonomi yang semakin ramai, untuk berbelanja di kaki lima di tempat ini pengunjung di tuntut untuk pandai dalam tawar menawar harga, kalau tidak dipastikan mendapatkan harga yang sedikit lebih mahal. Rata rata harga jual bisa mencapai 50% dari harga yang ditawarkan. Sedangkan untuk yang didalam toko proses tawar menawar ini tidak 


berlaku artinya harga sesuai dengan banderol yang ada. Untuk malam harinya sesudah jam 21.00 jalur ini berubah menjadi kawasan wisata kuliner yang lambat laun menjadi cirikhas Malioboro yakni Lesehan. Sambil menikmati makan malam dengan melihat keramain lalu lalang kendaraan yang ada, disini peran pengamen mulai juga mengeliat dengan menyajikan lagu-lagu untuk mengantar kenikmatan makan malam pengunjung Malioboro.




Malioboro hampir tidak pernah tidur, dengan begitu banyak aktifitas yang dilakukan diarea ini. Mulai sebelum subuh dikawasan selatan Malioboro ini sudah mengeliat dengan aktifitas Pasar tradiosional Beringharjo yang menawarkan segala macam barang. Bagi anda yang ingin menikmati kendaraan tradisional khas yogyakarta anda bisa naik becak ataupun Andong (seperti delman), dengan keramahannya para tukang becak maupun sais Kuda akan menyapa dan mengantar anda ketempat yang diinginkan baik sekedar beli oleh oleh atau menuju tempat wisata di sekeliling Kawasan Malioboro ini.
Sungguh Malioboro menawarkan hubungan yang harmoni dengan berbagai kalangan dan seolah semuanya menjadi satu bagian didalamnya, maka nikmatilah dan kami yakin akan tercipta kenangan manis yang terukir dalam benak anda untuk mengunjungi kembali kawasan ini.



KALIURANG



Terletak di kaki gunung merapi sisi selatan pada ketinggian 900 m dari permukaan laut tepatnya di 28 km dari kota yogya yakni didesa Hargobinangun, Pakem Sleman, Yogyakarta. Tempat yang merupakan kawasan dataran tinggi, hawa dingin yang menyejukkan akan sangat terasa begitu memasuki areal kaliurang ini.

Tempat ini dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas, untuk anak-anak ada taman rekreasi dimana anak anak bisa bermain-main. Ada kolam renang mini, ayunan, papan luncur, dan berbagai macam permainan yang pasti putra putri anda akan menyukainya. Bahkan taman ini bisa untuk sebuah acara bagi yang datang secara berombongan. Bagi anda yang merasa tidak cocok berada ditaman bermain ini bisa ke Taman Wisata Plawangan Turgo. Ditempat ini ada beragam tempat juga yang bisa anda nikmati yakni bagi anda yang mampu berjalan mendaki dan belum terlalu siang takutnya diatas kabut akan turun biasanya kita boleh untuk naik keatas menyusuri hutan Plawangan dan mencapai satu tempat dinamai Puncak Pronojiwo, cukup lumayan tinggi keberadaannya namun jika cuaca cerah kita akan menikmati pemandangan luar biasa yakni dapat melihat puncak merapi yang sangat fenomenal tersebut.


Setelah puas dengan keindahan puncak merapi kita kembali turun dan menikmati Air terjun yang dinamai Tlogo Muncar, tidak begitu deras aliran airnya namun percikan air yang mengenai kita saat berada tidak jauh dari sekitar air terjun menambah rasa dingin yang kita rasakan namun menyegarkan. Cukup menikmati air Terjun jika ingin berbasah basah lagi nikmati kesegaran air Gunung dengan berenang di Kolam renang yang dinamai Tlogo Putri. Jangan kaget kalau anda berenang di Kolam renang ini, karena airnya begitu dingin. Sumber air kolam renang ini diambil dari mata air dari bukit Plawangan. Kesegaran luar biasa dirasakan bercampur dengan rasa dingin kala menikmati berenang dikolam ini. Secara keseluruhan area Hutan wisata Kaliurang ini juga dapat digunakan sebagai arena outbond.

Untuk berkeliling area wisata ini juga ada kendaraan yang semacam kereta

namun tidak lewat jalur rel tetapi berupa kereta yang ditarik oleh semacam mobil yang dibentuk seperti kereta api. Hanya dengan membayar Rp. 3.000,- per orang atau Rp. 20.000,- per rombongan yang terdiri dari 7 orang. Bagi yang ingin menghabiskan malam di kawasan ini banyak disediakan banyak tempat tempat menginap, bahkan warung warung juga banyak terlebih warung yang menjual makanan yang membuat badang menjadi lebih hangat salah satunya sate kelinci yang berada disebelah taman rekreasi.

Tiket masuk ke kawasan ini untuk dewasa sebesar Rp. 2.000,- dan Rp. 1.000,- untuk anak-anak. Jika menggunakan motor maka retribusi untuk motor sebesar Rp. 500,-, untuk mobil Rp. 2.000,- dan bis atau truk sebesar Rp. 3.000,-. Untuk hari-hari libur akan berbeda tarifnya yakni Rp. 3.000,- untuk dewasa dan Rp. 1.500,- untuk anak-anak.


KERATON KASULTAN YOGYAKARTA





Selama menjadi keraton kasultanan sampai sekarang Keraton Kasultanan Yogyakarta telah dipimpin oleh 10 Sultan. Kesepuluh sultan tersebut adalah :
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono I memerintah dari tahun 1755 sampai dengan tahun 1792
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono II memerintah dari tahun 1792 sampai dengan tahun 1810
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono III memerintah dari tahun 1810 sampai dengan tahun 1813
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono IV memerintah dari tahun 1814 sampai dengan tahun 1822
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono V memerintah dari tahun 1822 sampai dengan tahun 1855
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono VI memerintah dari tahun 1855 sampai dengan tahun 1877
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono VII memerintah dari tahun 1877 sampai dengan tahun 1921
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono VIII memerintah dari tahun 1921 sampai dengan tahun 1939
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono IX memerintah dari tahun 1939 sampai dengan tahun 1988
  1. Sri Sultan Hamengku Buwono X memerintah dari tahun 1988 sampai dengan sekarang


Terbentuknya keraton kasultanan yogyakarta sangat panjang yakni dimulai dengan keberadaan Ki Ageng Pemanahan putra Ki Ageng Ngenis atau cucu ki Ageng Selo, pada tahun 1558 M mendapat hadiah dari Sultan pajang karena jasanya mengalahkan Arya Penangsang berupa tanah di wilayah Mataram yang kemudian pada tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di sekitar Kotagede. Selama hidupnya Ki Ageng Pemanahan tetap setia kepada Sultan Pajang. Beliau kemudian meninggal pada tahun 1584. Putera Ki Ageng Pemanahan yang bernama Sutawijaya diangkat oleh Sultan Pajang menggantikan Ayahnya sebagai penguasa mataram.
Namun karena ingin memiliki daerah kekuasaan yang lebih yakni meliputi seluruh pulau jawa Sutawijaya enggan tunduk pada Sultan Pajang yang mengakibatkan kerajaan Pajang ingin merebut kembali kekuasaan di mataram yang dipegang oleh Sutawijaya hal itu dilakukan Sultan pajang pada tahun 1587. Pada saat itu juga Badai letusan Gunung Merapi menerjang dan menghancurkan Pasukan yang akan mengempur keberadaan Sutawijaya sedangkan Sutawijaya sendiri selamat dari hantaman badai tersebut. Akhirnya setahun kemudian atau tahun 1588 Mataram menjadi kerajaan dan Sutawijaya menjadi sultan dengan gelar Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama atau sering disebut Panembahan senopati yang berarti panglima perang dan pengatur kehidupan beragama.
Panembahan senapati memerintah hingga wafat tahun 1601 yang kemudian digantikan puteranya 
Mas Jolang yang lebih dikenal dengan Panembahan sedya krapyak, selanjutnya digantikan Pangeran Arya Martapura tahun 1613, dan dikarenakan sering mengalami sakit digantikan kakaknya Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman atau disebut Prabu Pandita Hanyakrakusuma atau lebih dikenal dengan Sultan Agung Hanyakrakusuma. Pada pemerintahan Sultan agung inilah mataram mengalami kemajuan baik dibidang politik, militer, kesenian, kesusasteraan dan keagamaan bahkan hukum filsafat dan astronomi juga sudah mulai di pelajari. Setelah sultan Agung wafat pada tahun 1645 digantikan oleh putranya Amangkurat I dan mulai mengalami kemunduran karena lebih banyak konflik antar keluarga sendiri dan saat itu VOC mulai menggunakan momentum tersebut untuk menjalankan politiknya. Dan sebagai akibatnya pada tanggal 13 februari 1755 muncul perjanjian Gianti yang isinya membagi kerajaan mataram menjadi 2 kekuasaan yakni disebelah timur sebagai Kasunanan Surakarta dan sebelah barat menjadi Kasultanan Yogyakarta. Untuk pertama kalinya sesudah perjanjian Giyanti ini Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas kasultanan Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Senapati Ingalaga Abdulrakhman sayidin panatagama khalifatullah atau sering disingkat Sultan Hamengku Buwono I.
Dengan menempati area seluas 1,3 km persegi keraton dibangun dengan konsep kosmologi jawa yakni alam terbagi menjadi 3 bagian yakni atas sebagai tempat para dewa kemudian bagian tengah sebagai tempat manusia dan bawah sebagai tempat kekuatan jahat, sedangkan bagian atas dan bawah dibagi lagi masing masing menjadi 3 bagian yang seluruhnya jadi 7 bagian. Bagian tersebut adalah :
  1. Lingkungan Alun alun utarasampai siti Hinggil utara
  1. Keben atau kemandungan utara
  1. Sri Manganti
  1. Pusat Kraton
  1. Kemagangan
  1. Kemandungan Kidul
  1. Alun alun selatan sampai siti hinggil selatan
Sedangkan secara tata ruang keraton di susun dengan pola kosentrik yakni :
  1. Lapisan luar, disini terdapat Alun alun utara dan selatan dengan masing masing antributnya. Alun alun utara dengan Masjid Agung, Pekapalan, Pagelaran dan pasar yang membentuk catur gatara tunggal. Alun - alun dengan Kandang Gajah kepatihan sebagai prasaranan birokrasi dan Benteng sebagai prasarana militer.
  1. Lapisan kedua, Siti Hinggil merupakan halaman dengan pelataran yang ditinggikan. Ini juga terdapat di sisi utara dan selatan. Siti Hinggil utara ada bangsal witana dan bangsal manguntur tangkil tempat untuk mengadakan upacara kenegaraan, sedangkan siti hinggil selatan digunakan untuk melihat latihan keprajuritan. Bagian terakhir pada lapisan kedua ini adalah supit urang/pamengkang yaitu jalan yang melingkari Siti Hinggil.
  1. Lapisan ketiga berupa Pelataran Kemandhungan utara dan selatan. Ini merupakan ruang transisi menuju pusat. Pada pelataran kemandungan utara terdapat bangsal pancaniti sebagai tempat sultan melakukan pengadilan khusus perkara yang ditangani raja. Selain itu sebagai ruang tunggu abdi dalem untuk menghadap raja.
  1. Lapisan ke empat terdiri dari Pelataran Sri Manganti dengan bangsal Sri manganti sebagai ruang tunggu menghadap raja, dibagian ini juga terdapat bangsal trajumas di utara pelataran kemagangan dan bangsal kemagangan disisi selatannya.
  1. Lapisan akhir adalah merupakan pusatnya yakni terdapat pelataran kedhaton yang terdiri dari Tratag, Pendhopo, pringgitan dalem.
Sebagai penghubung antar pelataran dibatasi dengan benteng dan gerbang sehingga terdapat 9 gerbang pada 9 pelataran dan nama gerbang tersebut adalah Gerbang Pangurakan, Gerbang Brajanala, Gerbang Srimanganti, Gerbang Danapratapa, Gerbang Kemagangan, Gerbang Gadung Mlathi, Gerbang Kamandhungan, Gerbang Gadhing, dan Gerbang Tarub Agung
Untuk dapat melihat bagian bagian keraton ini pengunjung harus membayar tiket sebesar Rp. 5.000,- untuk bagian depan keraton antara lain pagelaran, siti hinggil dan sekitarnya sedangkan untuk yang bagian dalam keraton melalui Keben tiket sebesar Rp. 7.000,-